Deru pelarian uang dan harta penduduk China ke luar negeri seolah sulit dibendung. Dengan cara yang tak biasa, para miliarder China berusaha dengan berbagai teknik memindahkan hartanya ke luar negeri memanfaatkan para seniman.
Seperti dikutip Money CNN, Jumat (21/2/2014), pembelian karya seni dikhawatirkan menjadi salah satu skema pencucian uang bagi para penduduk China di luar negeri. Kegiatan ilegal itu juga sering dilakukan dengan pembuatan faktur palsu atau menjadi pemain kasino di Macau.
Pencucian uang semakin marak terjadi mengingat pemerintah Beijing menerapkan peraturan keuangan yang cukup ketat. Setiap orang China hanya boleh membawa uangnya ke luar negeri hingga US$ 50 ribu per tahun.
Berbagai siasat dilancarkan guna menimbun harta di luar negeri dan menghindar dari peraturan yang diterapkan China.
Saat ini, sejumlah karya seni telah menjadi alat yang ditunggangi para miliarder China untuk menyimpan uangnya di luar negeri.
Pemanfaatan karya seni ini ditopang sejumlah faktor yaitu harga yang tidak mudah ditebak, barang mudah dibawa melintasi perbatasan serta kesulitan para ahli untuk mengidentifikasi keasliannya.
Para miliarder ini memanfaatkan pembayaran uang tunai dengan harapan aparat penegak hukum akan kesulitan menelusuri sumber dan pelarian dari uang tersebut. Mengingat industri karya seni China mampu tumbuh hingga US$ 15 miliar, semakin mudah bagi para penjahat untuk menyamarkan tindakan ilegal ini.
"Inti dari kesuksesan pencucian uang adalah kerahasiannya. Hal itu yang membuat pasar seni menjadi ideal bagi para pelaku pencucian uang di China," ungkap CEO Association for Research into Crimes against Art, Lynda Albertson.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar